Senin, 21 Maret 2011

MOTIF DI BALIK AGRESI MILITER AMERIKA SERIKAT KE TIMUR TENGAH


MOTIF DI BALIK AGRESI MILITER AMERIKA SERIKAT KE TIMUR TENGAH

PENDAHULUAN

            Semenjak runtuhnya Uni Soviet yang menandakan berakhirnya perang dingin, secara otomatis peta kekuasaan dunia bergerak ke arah uni polar. Paham kapitalisme dan Amerika Serikat sebagai negara pembawanya menjadi penguasa tunggal dunia. Hingga saat ini belum ada negara yang mampu mengungguli hegemoni negeri ‘Paman Sam’ tersebut.
            Sebagai raja tunggal negara adidaya tersebut berusaha untuk lebih menyebarluaskan paham mereka dalam berbagai sektor seperti sektor ekonomi dengan paham ekonomi kapitalisme atau liberalismenya dimana pemegang modal memiliki berbagai hak previlage dalam melakukan permainan ekonomi di pasar. Kemudian dalam sektor perpolitikan, negeri yang saat ini dipimpin oleh Obama memiliki suatu paham sistem perpolitikan yang diklaim sebagai sistem pemerintahan yang terbaik. Beberapa kalangan menyebutnya sebagai sistem yang terbaik dari yang terburuk. Sistem tersebut bernama demokrasi.
            Berbagai cara ditempuh untuk menyebarluaskan ajarannya tersebut mulai dari cara lembut hingga cara kasar seperti invasi, embargo, atau sanksi-sanksi lainnya. Dan pada penulisan makalah kali ini akan diangkat penyebaran demokrasi yang dilakukan AS dengan paksaan kepada negara-negara timur tengah di masa pemerintahan George Walker Bush. Selain itu juga akan dibahas motif lain dari invasi ke negeri seribu satu malam tersebut.   

LATAR BELAKANG

            Dunia dikejutkan dengan serangan udara pada tanggal 11 September 2001 oleh pesawat terbang yang meluluhlantakkan dua menara kembar terkemuka di dunia yang bernama World Trade Center di Amerika Serikat dan merusak gedung departemen pertahanan AS, Pentagon, yang dielu-elukan sebagai gedung terketat penjagaannya dan juga pusat komando strategi perang Amerika Serikat. Serangan tersebut oleh pemerintahan Bush diindikasikan sebagai sebuah teror yang dilakukan kelompok teroris Al-Qaeda di bawah pimpinan Osama bin Laden sehingga menimbulkan sentimen di barat tentang orang-orang Arab (Islam).
            Tak lama berselang, AS melancarkan invasi ke Afghanistan dengan dalih mencari dan menghancurkan kelompok Al-Qaeda dan Taliban sebuah gerakan perlawanan warga Afghanistan dengan target utama Osama bin Laden. Hingga Afghanistan porak poranda, belum diketahui dimana letak Osama berada. Sebagaimana diketahui, Afghanistan adalah sebuah negara yang sukses menjadi penyebab hancurnya Uni Soviet. Tentu saja AS juga bermain di belakang kesuksesan tersebut dengan pemasokan senjata.
            Setelah invasi ke Afghanistan, isu pun bergeser ke arah barat menuju Iraq. Iraq yang kala itu berada di bawah rezim Saddam Hussein dinilai otoriter dan cenderung tirani oleh polisi dunia, Amerika Serikat sehingga perlu adanya demokratisasi di negeri tersebut dan harus menggulingkan rezim Saddam Hussein. Selain itu, negeri Abu Nawas tersebut juga disinyalir memiliki senjata biologis pemusnah massal yang dapat mengancam stabilitas keamanan dunia. Hal tersebut dianggap cukup untuk meminta dukungan dunia lewat PBB untuk melakukan invasi ke Iraq.
            Serangan teroris 11 September 2001 hanyalah sebuah pemicu untuk melancarkan invasi ke timur tengah. Muncul beberapa teori tentang penyerangan tersebut. Beberapa kalangan berpendapat serangan dahsyat itu merupakan suatu konspirasi tingkat tinggi barat khususnya Amerika Serikat untuk melakukan kolonialisasi di wilayah kaya sumber daya minyak. Tanpa adanya serangan tersebut, tentu saja Amerika Serikat tidak akan mudah untuk melakukan serangan ke Afghanistan dan Iraq. Muncul beberapa modus dibalik invasi tersebut selain sekedar menjadikan negara-negara di timur tengah sebagai negara demokrasi. Selama ini, Amerika Serikat menganggap Israel sebagai satu-satunya negara penerap demokrasi terbaik di wilayah ini. Hal ini diakui oleh Ronald Reagan, presiden Amerika Serikat era 80-an. Beliau menyatakan: “Israel is the only stable democracy we can rely on in a spot where Armageddon could come. The greatest responsibility the United States has is to preserve peace-and we need an ally in that area. Oleh karena itu Israel layak menikmati dukungan Amerika.  Hal ini berbeda dengan pandangan Reagan tentang Palestina. “Palestine was never a country. It was a territory, an area, and it was a British mandate. And it was a British government that created the Kingdom of Jordan which is 80 percent of what used to be Palestine. The Palestinian refugee problem, it seems to me then, is an 80 percent-20 percent problem of Jordan and Israel.” Dalam arti lain bahwa negara-negara yang ingin mendapatkan dukungan Amerika maka perlu adanya penerapan sistem demokrasi di negara tersebut. 
            Modus invasi Amerika Serikat ke Afghanistan dan Iraq untuk membasmi terorisme dan menghancurkan senjata pemusnah massal serta menjungkalkan rezim tirani Saddam Hussein hanyalah sebuah sampul manis untuk memperindah bingkai penyerangan Amerika Serikat ke negara tersebut. Hingga saat ini tak ada satupun dugaan tersebut yang terbukti benar selain kesuksesan menggulingkan Saddam Hussein dari tampuk kepemimpinan dan menghukum matinya.
            Motif-motif terselubung di balik invasi AS ke timur tengah sangat menarik untuk dikuak. Konflik di Timur Tengah tidak hanya melibatkan AS dan negara-negara Timur Tengah akan tetapi meluas ke beberapa negara yang menolak invasi tersebut seperti Perancis, Rusia, dan China.

A. MOTIF DI BALIK INVASI AS KE TIMUR TENGAH
            Konflik di Timur Tengah merupakan sebuah konflik dengan tingkat kompleksitas yang tinggi. Konflik ini melibatkan banyak faktor-faktor penyebab seperti yang telah diuraikan pada latar belakang. Hal mencengangkan pernah diungkap oleh William Blunts yang membuka sebuah dokumen yang mengguncang dunia.Dokumen itu menyebutkan bahwa dari tahun 1945 hingga akhir abad ke-20, Amerika sudah melakukan usaha-usaha untuk menggulingkan lebih dari 45 pemerintahan negara lain. Dampaknya Amerika telah menyebabkan kematian jutaan penduduk dunia tak bersalah dan sebagian besar lainnya hidup dalam penderitaan dan keputusasaan. Amerika sebagai penegak demokrasi telah membunuh demokrasi dan menciptakan musuh-musuh di seluruh dunia. Hal tersebut menurut Blunts terkait dengan uang dan pengaruh politik. Untuk mencapai itu, mereka memerangi negara-negara yang kurang bersahabat termasuk Afghanistan dan Iraq. Para pengambil keputusan Amerika sering kali berpendapat dan bertindak dengan mempergunakan teori realisme dengan menganggap dunia internasional adalah rimba belantara dimana negara yang mempunyai uang dan pengaruh politik yang besar dapat menjadi raja rimba.
            Presiden AS era 1940-an, Eisenhower, pernah menggambarkan bahwa timur tengah merupakan tanah kaya raya yang harus dijaga oleh Amerika. “Di sanalah tempat paling terpenting di dunia berada.” Bahkan muncul anggapan “Siapa yang menguasai Timur Tengah, maka akan menguasai dunia.” Dalam dunia militer pun juga terdapat anggapan “Siapa yang menguasai energi, dunia berada dalam genggamannya.” Sebagai sebuah negara yang ambisius, tentu saja Amerika sangat paham akan hal ini. Untuk menjadi penguasa dunia, maka harus menguasai energi. Dan sebagian besar cadangan energi khususnya energi minyak berada di Timur Tengah. Untuk dapat menguasai energi, tentu saja berbagai cara ditempuh. Jadi, motif-motif di balik agresi militer AS ke Timur Tengah adalah sebagai berikut:
A.a MOTIF EKONOMI
            Jauh sebelum invasi AS ke timur tengah, tepatnya pada tahun 70 SM, hidup seorang yang kaya raya bernama Marcus Licineus Crassus. Dia adalah juragan tanah dan sebagian orang menganggapnya sebagai pahlawan setelah ia menjadi orang pertama yang mempunyai brigade pemadam kebakaran yang berhasil memadamkan kebakaran di sebuah gedung. Sebagai konglomerat, ia ingin hidup bebas tanpa halangan. Ia pun mengakui belum puas dengan apa yang ia miliki dan menginginkan sesuatu yang lebih seperti tanah dan pengaruh yang kuat di tengah masyarakat. Ia berambisi menguasai Roma dan memerintahnya. Akan tetapi, undang-undang pada saat itu membatasi banyak hal, termasuk kepemilikan tanah, kekayaan, kekuasaan, dan pengaruh politik. Ia berpikir jalan damai untuk mendapatkan yang ia mau adalah merubah undang-undang.
            Pernah ia berambisi untuk membeli sebuah gedung dan tanah dari warga Roma. Namun tawarannya ditolak. Akhirnya ia sengaja membakar gedung tersebut untuk memaksa pemiliknya untuk menjual gedung tersebut kepadanya. Crassus menawarkan jasa pemadaman dengan syarat gedung itu harus dijual. Akhirnya ia mendapatkan gedung tersebut.
            Gambaran di atas sama dengan apa yang dilakukan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Bush. Ia ingin menguasai minyak di timur tengah. Akan tetapi jalan tersebut tidak mudah. Ia menyebarkan propaganda terorisme, tiranisme, dan senjata pemusnah massal. Kemudian menawarkan diri untuk menyelesaikan hal tersebut. Sehingga membuat AS oleh beberapa kalangan dianggap sebagai pahlawan. Padahal hal ini tidak lain untuk mempermudah AS memasuki kawasan timur tengah dan menguasai energi di sana dengan isu tersebut. Sebagaimana diketahui, Iraq memiliki cadangan minyak sebesar 112,5 miliar barel atau 10,7% cadangan minyak dunia. Sama halnya dengan Crassus yang membakar gedung dan menawarkan untuk memadamkannya. AS dalam hal ini Bush bersama kolega negara-negara sekutunya merasa gerah dengan aturan yang ada terkait dengan produksi minyak dunia oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Dan Bush sebagai presiden AS yang agresoris, menginginkan perang untuk melawan segala aturan yang membatasi kepentingan ekonomi Amerika Serikat dan berencana untuk mengatur penyebaran minyak di Timur Tengah, menjaga harga agar tetap jatuh untuk meraih keuntungan besar.
Beberapa pakar Barat dan Timur banyak yang mengasumsikan faktor utama yang meneyebabkan AS menginvasi Timur Tengah adalah karena minyak. Sebagai negara industri, untuk menggerakkan laju peindustriannya tentu saja memerlukan energi minyak. Sejak revolusi industri, banyak negara yang berlomba-lomba untuk mencari dan mendapatkan sumber-sumber energi dunia. Industrialisasi berarti memperkuat ekonomi dan kehidupan masyarakat akan mapan serta sejahtera. Hanya saja, industri baru akan tumbuh dengan sokongan energi yang kuat. 
            Khusus pada invasi AS ke Iraq, menurut penghitungan ekonomi, dengan invasi AS ke Iraq dan menguasai ladang-ladang minyak disana, Amerika sedikitnya akan meraih 4 triliun dolar dalam beberapa tahun. Dengan biaya perang yang memakan biaya hanya sebesar $ 200 miliar, tentu bukan masalah mengingat keuntungan yang akan diraih. Invasi ini merupakan usaha AS untuk mendapatkan kepentingan nasionalnya untuk hajat hidup penduduknya dengan peningkatan industrialisasi. Kepentingan nasional sendiri menurut pengertian Hans Morgenthau adalah kemampuan minimum negara/bangsa untuk melindungi identitas fisik, politik/ekonomi, dan kultural negaranya/bangsanya dari ancaman negara lain. Aturan tentang produksi minyak yang diterapkan OPEC dapat disebut sebagai ancaman politik/ekonomi bagi Amerika Serikat.
            Invasi ini juga membawa keuntungan tersendiri bagi Halliburton, sebuah perusahaan konstruksi ternama AS. Perusahaan yang bermarkas di Houston ini mendapatkan proyek untuk membangun jalan-jalan, jembatan, dan barak-barak bagi pasukan-pasukan AS dan koalisi yang menggempur Iraq. Hal ini tidaklah terlalu mengherankan melihat hubungan baik yang telah lama terjalin antara Halliburton dan pemerintah AS. Wapres AS pada zaman George W. Bush pun, Dick Cheney sempat bekerja di Halliburton beberapa tahun.

A.b PENYEBARAN PEMAHAMAN
            Selama ini, Amerika Serikat menari-nari sendirian dalam percaturan politik internasional. Mereka bangga akan suatu sistem pemerintahan yang mereka sebut demokrasi. Dan mereka pun berusaha untuk menyebarluaskan sistem ini agar mempermudah mereka dalam berbagai hal. Semakin banyak negara yang menganut paham demokrasi, maka semakin mudah AS untuk menancapkan kepentingannya.
Mereka juga mengiming-imingi untuk memberikan bantuan dalam segala hal untuk negara yang demokratis.
            Timur-Tengah yang dalam sudut pandang AS hanya memiliki Israel sebagai negara yang demokratis, menjadi sasaran AS untuk mencari ‘teman’ pendamping Israel dalam penerapan demokratis. Kebijakan yang digunakan Bush saat itu untuk ‘mendemokratisasi’ Timur Tengah adalah kebijakan ‘demokracy by force’. Demokrasi yang diterapkan AS dalam hal ini adalah Demokrasi Pragmatis. Demokrasi Pragmatis hadir karena pengaruh pragmatisme terhadapa demokrasi liberal yang dicirikan dengan semangat kebebasan dan demokrasi yang mengedepankan asas manfaat.   
            Isu tirani yang dilakukan Saddam Hussein di Iraq, dijadikan AS untuk mendemokratisasi negara ini. Selain juga AS memiliki sifat pragmatisme untuk mempertahankan kepentingan nasionalnya. Demokrasi sesungguhnya hanya alasan untuk menutupi kepentingan ekonomi AS dalam invasi tersebut.   

B. KONSTELASI INVASI AS DI TIMUR TENGAH (IRAQ)
1. PERANCIS, RUSIA, DAN CHINA MEMBELA IRAQ
            Saddam Hussein adalah pemimpin yang barang kali memegang pameo ‘Tidak ada persahabatan yang abadi selain kepentingan yang abadi’. Hal ini berlaku antara pemerintah AS dan Perancis.
Pemerintah Iraq selalu menolak ajakan kerja sama yang diajukan AS. Akan tetapi Iraq mengundang investor asing ke Iraq asalkan tidak berasal dari AS dengan mengundang Perancis, Rusia, dan China. Ketiga negara ini adalah pemegang veto di PBB selain AS dan Inggris. Jika pada suatu hari terjadi konflik yang melibatkan PBB dan Iraq terpojok, maka Saddam dapat mempergunakan ketiga negara tersebut. Dan ini merupakan salah satu kecerdasan Saddam. Terbukti, dalam perang ini AS yang berniat melakukan voting di DK PBB, namun jauh-jauh hari Perancis mengancam akan melakukan hak veto atas keputusan tersebut. Begitupun halnya dengan Rusia dan China.
Pada akhirnya, para pemimpin AS berseteru dan bersitegang dengan para pemimpin Perancis, Rusia, dan China. Sering kali terlihat perak mulut antar pemimpin-pemimpin negara-negara tersebut. Hal ini tidak akan terjadi apabila Iraq tidak melakukan politik dagang minyaknya. Sekaligus juga membuktikan dalam dunia perpolitikan
internasional, tidak dikenal persahabatan yang abadi. Yang ada hanyalah kepentingan yang abadi.

2. AS PASCA GEORGE W. BUSH
Pergantian kepemimpinan terjadi di Amerika Serikat. Presiden agresoris Bush dari pertai Republik berganti ke Obama dari partai Demokrat yang terlihat lebih santun dalam berpolitik. Jika sebelumnya Bush terkesan amat membenci Timur Tengah yang mayoritas Islam, sebaliknya dengan Obama. Ia melakukan rekonsiliasi antara Amerika Serikat dengan dunia Islam.
Hal ini terbilang positif dan mampu merubah paradigma dunia tentang Amerika yang sebelumnya terlihat dengan wajah sangarnya dan sebagai negara agresor, kini Amerika terlihat sedikit lebih baik. Dari bad boy menjadi good boy. Ini merupakan langkah maju dari Amerika Serikat di bawah pimpinan presiden ke-40 mereka.
Dan perubahan pandangan politik ini diharapkan dapat meredam konflik di Timur Tengah sehingga perdamaian dunia dapat terwujud dengan kestabilan dan hubungan baik antara AS dengan Timur Tengah.
sumber:
Minderop, Albertine. 2006. Pragmatisme Sikap Hidup dan Prinsip Politik Luar Negeri Amerika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Damhuri, Elba. 2003. Di Balik Invasi AS ke Iraq. Jakarta: Senayan Abadi Publishing

Kipnis, Kenneth, dan Meyers, Diana. 1987. Political Realism International Morality. London: Westview Press

Rustiningsih, Netty. 2009. Modul Pengantar Ilmu Hubungan Internasional untuk mahasiswa Hubungan Internasional semester II FISIP UPN ‘Veteran’ Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar